Cari Blog Ini

Selasa, 24 Januari 2012

Pendahuluan



Latar belakang Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guineensis jacq ) merupakan salah satu tanaman perkebunan di indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah. Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia  namun kedatangan kelapa sawit ke Indonesia malah menambah komoditas ekspor di Indonesia. Minyak olahan kelapa sawit menjadi komoditas ekspor yang handal di Indonesia, pangsa pasr di dalam negeri cukup besar dan pasaran ekspornya senantiasa terbuka.
            Asal tanaman kelapa sawit, untuk secara pasti belum di ketahui, namun ada dugaan kuat, tanaman kelapa sawit berasal dari dua tempat yaitu, amerika selatan ( untuk spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera ) dan afrika ( guenia ) ( untuk spesies Elaeis guineen sis ).
            Sampai saat ini kedua spesies  di atas  sudah menyebar ke seluruh dunia ber iklim tropis, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman komoditas perkebunan  yang cukup penting di Indonesia  karena masa depannya yang cukup menguntungkan. Kelapa sawit adalah tanaman pengahasil minyak nabati yang dapat di andalkan , karena minyak yang di hasilkan memiliki keunggulan jika di bandingkan dengan minyak hasil olahan lainnya, keunggulannya antara lain, memiliki kadar kolesterol yang rndan bahkan non kolestrol.
            Konsumsi minyak sawit makin lama semakin meningkat, dan permintaan konsumen pun makin lama semakin banyak, tidak mungkin kebutuhan minyak  sawit ini dapat di penuhi oleh malasya, Nigeria, dan pantai gading saja, sebagai produsen utama.
            Beberapa pengkaji social – ekonomi komoditas perkebunan menyatakan optimism lain, bahwa, prospek perkembangan minyak sawit di masa yang akan dating akan lebih cerah dari pada kopi dan karet olahan, walaupun sekarang minyak kelapa sawit masih memberikan sumbangsih devisa perolehan ekspor ketiga di Indonesia, yaitu 203,5 juta US dollar ( menurut laporan biro pusat statistic, 1990.
            Untuk mencapai semuanya tanaman kelapa sawit harus melewati rentang waktu yang cukup panjang , dari di datangkannya tanaman kelapa sawit pada tahun 1848, dan baru di budidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan pada tahun 1911. Jadi , kelahiran perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu sekitar 63 tahun.
            Awal mulanya tanaman kelapa sawit di Indonesia , hanya sekedar berperan sebagai tanaman hias langka di kebun raya bogor, itu terjadi mulai tahun 1848,  ketika pemerintah kolonial belanda  mendatangkan empat batang bibit kelapa sawit dari Mauritius dan Amsterdam ( masing – masing dua batang ) kelapa sawit di tanam di jalan – jalan karena potensi sesungguhnya belum di ketahui. Pemerintah colonial belanda yang lebih tahu tentang segi ekonomis kelapa sawit, berusaha menarik minat masyarakat Indonesia dengan melakukan beberapa percobaan pembudidayaan kelapa sawit beserta penyuluhannya, di muara enim ( tahun 1869 ), musi hulu ( 1870 ), dan di Belitung ( 1890 ), namun hasilnya belum meaksimal, masyarakat perkebunan masih ragu - ragu terhadap prospek ekonomis perkebunan kelapa sawit, juga terhadap cara pemrosesan kelapa sawit menjadi minyak sawit.
            Mulai tahun 1911, barulah kelapa sawit mulai di budidayakan secara komersial. Oramg yang merintis usaha ini adalah Adrien hallet, seorang belgia yang telah belajar banyak tentang tanaman kelapa sawit di afrika. Ia mengusahakan perkebunannya di sungai liput ( aceh ) dan di pulu radja ( asahan ).
            Rintisan Hallet ini kemudian di ikuti oleh K. schadt, seorang jerman yang mengusahakan perkebunannya di tanah itan ulu ( deli ). Kemungkinan  bibit kelapa sawit yang digunakan adalah kelapa sawit deli ( asumsi yang timbul karena perkebunan K. schadt diselenggarakan di deli ) A. Hallet punya pendapat menarik, bahwa kelapa sawit deli ternyata lebih produktif, komposisi buahnya  juga lebih baik dibandingkan dengan kelapa sawit dari pantai barat afrika. Budidaya kelapa sawit secara komersial oleh A. Hallet dan diikuti oleh K. Schadt ini, menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
            Ekspor minyak ( CPO ) dan minyak ( PKO )masing – masing 576 ton dan 850 ton ( dari tahun 1919 hingga 1923 ) pada masa ini, permintaan minyak sawit di pasaran dunia memang sedang meningkat sejalan dengan makin berkembangnya industry di Eropa, beberapa prestasi bagus memang kemudian diraih oleh perkebunan besar kelapa sawit.
            Areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia bertambah luas ( pada tahun 1916 seluas 1.272 ha, sedangkan tahun 1938 bertambah luas menjadi 92.307 ha ), lalu banyak didirikan pabrik pengolahan kelapa sawit yang modern dan balai – balai penelitian kelapa sawit, sehingga teknis budidaya dan managemen perkebunan bukan lagi suatu masalah,  namun perkebunan kelapa sawit pernah mengalami perhentian produksi, pada masa pendudukan jepang di Indonesia, karena jepang lebih mengutamakan tanaman pangan dari pada tanaman industri, untuk kebutuhan logistik perang, selama masa pendudukan jepang di Indonesia, kelapa sawit kehilangan 16% dari lahan perkebunannya..

6 komentar: